- Profil Orang Tua Yang diinginkan Remaja
Hubungan dengan orang tua pada remaja, seperti yang banyak diperoleh
dari penelitian ini, menggambarkan pola sosialisasi nilai-nilai dari orang tua
kepada anaknya. Beberapa yang panting bagi remaja adalah peran orang tua, sikap
dan perilaku orang tua terhariap anak, tugas pengasuhan, komunikasi, dan waktu
bersama (mulai dari yang terbanyak).
1. Peran Orang Tua
Beberapa peran ayah dan ibu yang disebutkan, antara lain: Ayah adalah
tulang punggung pencari nafkah dan kepala keluarga, harus bertanggung jawab,
dapat menjadi figur panutan bagi sebagai pribadi, terhariap istri, anak,
keluarga, dan sosial masyarakat. Dari penelitian ini,
ditemukan bahwa kebanyakan remaja di desa yang dekat dengan kota
menggambarkan ayah lebih positif (baik/terbaik, bertanggung jawab, kepala rumah
tangga, pengertian dan memperhatikan). Konsep yang kurang baik lebih banyak
muncul di desa yang jauh dari perkotaan, seperti bepergian, kurang perhatian,
ingin menang sendiri, kampungan, kolot, kurang bertanggung jawab dan kurang
fisiknya.
Peran ibu yang utama adalah ibu rumah tangga. Ibu lebih banyak dilihat
sebagai orang yang menyayangi dan pengerban. Para ibu lebih menunjukkan
kesediaannya dalam berkomunikasi, akur, akrab, bersahabat, dan
punya beberapa kesamaan dengan anaknya. Namun ibu juga yang paling tidak disukai kecerewetannya. Remaja juga sudah dapat melihat bahwa ibunya kurang bahkan tidak berpendidikan. Orang tua juga dipandang sebagai sumber yang dapat memuaskan materi yang khas untuk remaja.
punya beberapa kesamaan dengan anaknya. Namun ibu juga yang paling tidak disukai kecerewetannya. Remaja juga sudah dapat melihat bahwa ibunya kurang bahkan tidak berpendidikan. Orang tua juga dipandang sebagai sumber yang dapat memuaskan materi yang khas untuk remaja.
2.
Sikap dan Perilaku Orang Tua terhadap Anak
Sikap positif yang diharapkan anak dari orang tuanya adalah kasih
sayang, pengertian. Ibu adalah orang yang banyak bekerja keras, justru ayah
diharapkan sudi membantu beberapa pekerjaan rumah. Beberapa dari mereka juga
berharap ayahnya dapat bekeda. Sikap dan perilaku yang tidak diinginkan anak
adalah marah, ngomel, mukul, terlalu mengatur, otoriter dan egois, pilih kasih,
tidak adil, rewel, masa bodoh, pelit dan menceritakan keburukan kepada orang
lain.
3.
Tugas Pengasuhan
Remaja melihat bahwa bimbingan orang tua masih sangat dibutuhkan, dalam
bentuk nasihat, konsultasi, dan mendiskusikan masalah-masalah anaknya. Remaja
juga berharap orang tuanya punya pemikiran yang mementingkan pendidikan
anaknya.
4.
Komunikasi
Masalah-masalah yang ingin dikomunikasikan dengan orang tuanya, atau
yang menjadi topik pertengkaran di rumah antara lain adalah masalah sekolah, di
mana remaja takut orang tuanya tidak mengizinkan sekolah lagi, masalah ekonomi,
dan masalah tugas sehari-hari di rumah.
5.
Waktu Bersama
Kebanyakan remaja berharap orang tuanya sering di rumah dan
berkomunikasi, kecuali bila orang tuanya punya sikap yang buruk. Mereka umumnya
cemas bila salah satu atau kedua orang tuanya belum pulang bekeda hingga larut
malam. Mereka mengeluh bila orang tuanya sering bepergian dan jarang/tidak
pernah di rumah.
Menurut Pikunas (1976), Sosialisasi adalah proses belajar untuk
mengenali nilai-nilai dan ekspektansi kelompok, dan meningkatkan kemampuan
untuk mengikutinya (confofm). Tingkatan anak atau remaja sampai pada standar teman
sebaya (peer group) tergantung pada kegiatan sosial mereka. Orang tua dan teman
sebaya mempengaruhi perubahan dari anak egosentris menjadi orang dewasa yang
cakap sosial.
Dalam situasi sosial seorang anak harus berperan tertentu pada posisi
tertentu. Keterampilan komunikasi dan berinteraksi adalah bagian penting dalam
proses sosialisasi. Mau tidak mau, disadari atau tidak, orang tua berperan dan
bertindak sebagai wakil masyarakat dan budaya.
Ini berarti mereka meneruskan etos-etos dan sifat-sifat budaya, dan
sekaligus membangun tabu dan mengekang kecenderungan yang tidak sesuai dengan
budaya.
Melalui kondisioning verbal dan teknik-teknik pengelolaan lainnya,
mayoritas orang tua memperkuat kendaii terhariap impuls-impuls, tanggung jawab,
self-direcvon, dan atribut positif lainnya yang akan membantu anak berhubungan
secara efektif dengan orang lain. Orang tua yang terlalu permisif biasanya
merusak kemampuan penyesuaian diri anak bila mereka terlalu sering mengizinkan
anak melakukan kegiatan dengan caranya sendiri. Di kemudian hari, bila anak
menghadapi frustrasi kehidupan yang tidak dapat dihindari, ia tidak akan siap
untuk menghadapinya. Seperti halnya fungsi lain, perubahan dari egosentris ke
arah kemampuan sosialisasi, tidak ada yang kontinu dan tidak ada yang tanpa
rasa sakit. Bila tidak dipersiapkan akan terjadi langkah regresi, yang bisa
terjadi pada anak, remaja ataupun orang dewasa.
-
Pentingnya Menerapkan Pendidikan Sejak Dini
Terhadap Anak
Pendidikan perlu diterapkan secara dini yaitu pendidikan yang dilakukan
dari keluarga. Pendidikan di lingkungan keluarga ini sebagai tempat pertama
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk masa-masa selanjutnya. Orang tua mempunyai
tanggung jawab penuh atas anak-anaknya. Peran orang tua tidak hanya menyediakan
materi dan saat-saat belajar tetapi juga pengawasan waktu belajar dan juga
membimbing anak-anaknya untuk mengatasi kesulitan belajar.
Orang tua sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam
pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak.
Kartono (1985;5) mengatakan bahwa :
“Orang tua harus dapat menciptakan situasi dan kondidsi baik fisik
maupun psikis, baik secara sosial maupun non sosisal yang memadai agar tercapai
prestasi belajar yang optimal. Hal ini karena keluarga mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan murid khususnya jika orang tua bersifat merangsang,
mendorong dan membimbing terhadap aktifitas belajar anaknya, sehingga memungkinkan
diri anak untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi”
Peran orang tua juga berkisar pada kegiatan pemeliharaan, pengasuhan,
pembimbingan, dan pendidikan anak baik segi rohani maupun jasnrani. Peran yang
lebih kongkrit lagi orang tua adalah sebagai pendorong yang memberi semangat,
penasehat serta teman serta menjadi contoh anaknya selain sebagai orang yang
mencintai, yang memberi kasih sayang dan tempat bertanya anaknya.
Bimbingan adalah merupakan bantuan atau tuntunan, yang mengandung
pengertian bahwa pembimbing harus memberikan bantuan kepada yang dibimbing¬nya.
Keadaan seperti ini terkenal dalam dunia pendidikan “Tut Wuri Handayani” yaitu
bahwa dalam memberi bimbingan, arah diserahkan kepada yang dibimbing. Bimbingan
hendaknya merupakan bantuan yang dapat menyadarkan seorang itu akan pribadinya
sendiri (bakatnya, minatnya, kemampuannya dan sebagainya) sehingga dengan
demikian ia sanggup memecahkan sendiri kesukaran-kesukaran yang dihadapainya.
Bimbingan orang tua dapat membawa pertumbuhan dan perkembangan yang
lebih baik tcrhadap aktifitas belajar anak, melalui bimbingan orang tua dapat
mengarahkan dan mengetahui segala kesulitan-kesulitan yang dihadapi
putra-putrinya. Menurut Druxes (1983-105) mengatakan bahwa “Prestasi belajar
adalah hasil belajar siswa yang dihubungkan dengan tujuan belajarnya”, maka
anak sebagai siswa yang dapat dikatakan berhasil apabila tujuan belajarnya
dapat dicapai.