Minggu, 24 Februari 2013

PENDIDIKAN REMAJA SEBAYA PART 1


-  Siapakah Remaja Itu?
a. Definisi Remaja
Remaja adalah suatu tahap perkembangan pada individu, dimana ia mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Ia juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa.
Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja, dibatasi usia tertentu. WHO membagi 2 tahap usia remaja :
1. Remaja awal : 10-14 tahun
2. Remaja akhir : 15-20 tahun

b. Ciri-Ciri Remaja
1. Ciri Biologis:
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra. Saat itu, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2. Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa cirri berikut:
1. Mood (suasana hati) dapat berubah sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.
2. Mulai muncul kesadaran akan identitas diri. Anak-anak pra-pubertas biasanya belum berpikir tentang identitas atau jati dirinya, karena mereka belum memiliki kemandirian, termasuk dalam persoalan identitas. Anak-anak mengidentifikasi dirinya dengan orang tuanya. Mungkin bisa dianggap bahwa identitas anak-anak pra-pubertas sama dengan identitas orang tuanya. Namun, ketika anak memasuki fase kedewasaan biologis (baligh/ puber), ia mulai merasakan adanya tuntutan untuk mandiri, termasuk dalam persoalan identitas. Apa yang sebelumnya belum terlintas di dalam pikiran, kini mulai menjadi hal yang serius. Pertanyaan seperti ”siapa saya sebenarnya?” dan ”apa tujuan hidup saya?” mulai menuntut jawaban-jawaban yang mandiri. Inilah yang disebut (self-awareness). Oleh karena itu, pertanyaan: “Siapakah Saya?” adalah sah dan normal, karena pada masa ini kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang dan mengalami banyak sekali perubahan. Remaja mulai merasakan bahwa “ia bisa berbeda” dengan orangtuanya dan memang ada remaja yang ingin mencoba berbeda. Inipun hal yang normal karena remaja dihadapkan pada banyak pilihan. Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan ingin selalu mencoba, baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan. Contoh: anak seorang insinyur bisa saja ingin menjadi seorang dokter karena tidak mau melanjutkan atau mengikuti jejak ayahnya.
Proses “mencoba peran” ini merupakan proses pembentukan jati-diri yang sehat dan juga sangat normal. Tujuannya sangat sederhana; ia ingin menemukan jati-diri atau identitasnya sendiri. Ia tidak mau hanya menurut begitu saja keingingan orangtuanya tanpa pemikiran yang lebih jauh. Salah satu upaya lain para remaja untuk mengetahui diri mereka sendiri adalah melalui test-test psikologis, atau yang di kenal sebagai tes minat dan bakat. Test ini menyangkut tes kepribadian, tes intelegensi, dan tes minat.

3. Sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
4. Cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
5. Sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja.
 -  Masa Remaja dulu dan kini Berbeda
Masa remaja adalah masa transisi ketika anak akan menjadi dewasa. Masa itu juga dianggap masa yang paling indah. Mengapa indah? Karena pada masa itu biasanya anak mulai mengenal lebih dekat lawan jenisnya. Bisa jadi muncul cinta pertama. Deg-degan, berjuta rasa, bercampur aduk. Ingatan itu akan membekas hingga dewasa. Maupun agak norak tapi ada kelucuan di sana. Namun kadangkala masa remaja bisa Juga menjadi rawan. Leni lama apabila remaja salah Jalan, baik dalam pergaulan atau cinta monyetnya.Psikolog masalah remaja Roslina Verauli mengatakan, masa remaja dulu dan sekarang sudah mengalami perubahan alias beda. Sehingga orangtua harus mau berubah untuk menyikapi perubahan itu. Jika gagal, akan ada gap yang besar antara orangtua dan anak, yang menyebabkan terhalangnya komunikasi dan kedekatan.
Terlebih kondisi orangtua dulu dan sekarang Juga mengalami perubahan. Misalnya ayah dan Ibu yang kini
bekerja hingga malam, yang seringkali pulang ke rumah dalam keadaan lelah.Untuk menyingkapl kondisi Itu,
orangtua dituntut pintar, banyak menggali Informasi lewat lnternet, baca buku, untuk mengetahui perkembangan
kini dunia anak-anak dan remaja. Perubahan cara berkomunikasi lewat teknologi Juga terus terjadi. Kini sedang booming adanya Jejaring pertemanan seperti Jacebook. twltter, dan lainnya. Sebelum era Jacebook, saat Internet mulai dikenal, masalah remaja adalah kegemaran membuka situs porno. Kini, selain masalah situs porno. Juga ditambah Facebook
(FB).Ada remaja yang menyingkapl FB dengan positif, ada Juga yang negatif. Misalnya ada remaja yang cuma memanfaatkan FB untuk memberikan komentar-komentar lucu, naksir teman di kelas, atau ingin lebih tahu mengenal orang yang ditaksir, dan sebagainya. Hanya sebatas itu.
Sementara yang negatif adalah FB digunakan untuk menciptakan ketergantungan kepada orang yang dikenalnya di Jejaring itu. sehingga akhirnya mau melakukan apa pun karena rasaketergantungan itu. Misalnya kabur dari rumah atau berhubungan Intim dengan teman yang baru dikenalnya di FB.”Biasanya remaja yang seperti Itu kesepian, tidak bergaul dengan teman sebaya. gagal menampilkan eksistensi, sehingga ketika ada teman di FB yang dianggap bisa digebet, menjadi ketergantungan dan mau saja diajak apa-apa.” kata Vera saat menjadi pembicara dalam talkshow Saatnya para remaja menunjukkan eksistensi diri melalui fotografi, dari Cometto belum lama ini.

Konsep positif
Orangtua memang tidak bisa melarang anak remajanya membangun pertemanan, termasuk menjalin kedekatan dengan lawan Jenis. Pasalnya, manfaat yang bisa diambil Juga banyak. Menjalin hubungan dengan lawan Jenis pada remaja dan dewasa Juga ada perbedaan.Pada remaja, hubungan Ini lebih untuk bersenang-senang (having Fun), dan biasa dilakukan berkelompok. Misalnya rekreasi, nonton bareng, makan bareng, melakukan hobi bersama, belajar bersama. Manfaat lain dari hubungan ini. remaja belajar mengembangkan rasa sosial, belajar mengenal Upe-Upc orang, etiket berhubungan dengan lawan Jenis, dan membangun kedekatan dengan seseorang, dengan saling percaya, berbagi, dan membuka diri. Pada anak yang punya konsep positif, dalam berhubungan dengan lawan Jenis (pacaran) tidak akan mau
melakukan tindakan yang merugikan. Misalnya berhubungan badan, kabur dari rumah, serta tindakan negative lainnya. Beda dengan remaja yang tidak punya konsep positif. Rasa ketergantungan terhadap pasangannya begitu kuat, sehingga mau melakukan hal apa pun. baik yang merugikan ataupun tidak.
Nah masalahnya, bagaimana mendidik anak supaya memiliki konsep positif? Tentunya dengan membangun potensi dan prestasi pada diriremaja tersebut Caranya dengan mengikuti kegiatan seperti ekskul. kursus/les yang bermanfaat, mengikuti ajang kompetisi, dan punya Jaringan pertemanan. Peran orangtua adalah memfasilitasi anak mengikuti kegiatan- kegiatan positif yang dilakukan remaja. Jangan hanya disuruh belajar di sekolah saja, walaupun belajar Juga penting.Sementara pada dewasa, hubungan pacaran lebih serius. Hubungan yang lebih intim secara emosional, eksklusif, dan sudah punya komitmen kuat.